Dengan demikian,
kalau kita amati dan bandingkan, sebenarnya proses pemilikan kemampuan
komunikasi lisan dan komunikasi tertulis anak relatif sama. Pada tahapan
pemrolehan komunikasi (bahasa) lisan, sebelum mahir berbicara abak mengalami
Tahap Pralinguistik (Fase Meraban). Fase ini merupakan jembatan yang
memfasilitasi anak sampai pada kemampuan berbicara yang sesungguhnya. Pada
pemilihan bahasa tulis, anak pun mengalami fase yang disebut Tahap Prabaca-tulis atau Awal Keberaksaraan (emergent literacy).
Komunikasi tertulis
adalah penyampaian dan penerimaan pesan yang menggunakan tulisan sebagai
sarananya. Adapun tulisan adalah sesuatu sistem komunikasi manusia yang
menggunakan tanda-tanda yang dilihat (Barton, 1994:110). Secara sederhana,
tulisan adalah wakil atau gambaran dari komunikasi lisan yang dituangkan
kedalam tanda-tanda yang dapat dibaca atau dilihat dengan nyata. Oleh karena
itu pula, segenap unsur yang tertuang dalam tulisan mencerminkan atau
melambangkan unur-unsur yang mewakili komunikasi lisan.
Unsur-unsur
linguistik (bahasa), misalnya sepenuhnya dapat dilambangkan melalui tulisan.
Bunyi ujaran seperti kata, frase atau kalimat, dapat pula dituliskan. Sebagai
unsur paralinguistik dapat pula dilambangkan secara tertulis melalui tanda baca
atau pemakaian pola kalimat tertentu. Akan tetapi, unsur-unsur kalimat
nonverbal lainnya, seperti volume suara, nada, kecepatan, dan kualitas suara,
tidak bisa atau sulit, digambarkan ke dalam lambing tertulis.
Seorang penulis
harus melakukan berbagai upaya agar tulisannya dapat menyampaikan pesan dengan
baik, seperti halnya kalau pesan itu disampaikan secara lisan. Upaya ini dapat
dilakukan melalui pemakaian pola kalimat tertentu, gaya bahasa, pilihan kata,
juga gambar, atau hal-hal lainnya.
Masing-masing ragam
komunikasi itu memiliki kelebihan dan keterbatasan karena memang masing-masing
memiliki fungsi yang khas. Dalam mengajar, misalnya, agar sajian mudah dipahami
maka guru akan menyampaikannya tidak hanya secara lisan tetapi juga tertulis
yang dpata ditayangkan dengan menggunakan media slide, transparansi dan OHV. Kedua ragam komunikasi verbal itu
memang tidak untuk dipertentangkan, tetapi digunakan untuk saling mendukung dan
melengkapi . Sebagai contoh, data hasil riset akan mudah dituangkan dan
dipahami jika disajikan secara tertulis yang tidak ada dalam komunikasi lisan.
DAFTAR
PUSTAKA
Komala, Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses, dan
Konteks. Bandung : Widya Padjajaran
Churiyah, Yayah. 2013. Pendidikan
Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Sekolah Dasar Kelas Rendah. http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PENDIDIKAN_BAHASA_DAN_SASTRA_INDONESIA_DI_SEKOLAH_DASAR_KELAS_RENDAH/BBM_1.pdf”
(diunduh tanggal 6 November 2014 pukul 23:10)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar